Pages

Thursday 23 June 2011

dear, pak marmo

Kepada Yang Terhormat Bapak Soemarmo
Walikota Semarang
di tempat




Dear, Pak Marmo
Apa kabar, Pak? Baik baik saja? Oh, ya udah. Apa kabar anak anak Bapak? Baik juga ya? Oh, ya udah juga. Maap jika sekiranya saya sok kenal karena memang mungkin Bapak nggak kenal saya yang cuma mahasiswa jelata ini. Saya pun selama ini hanya bisa mengenal Bapak dari lembaran Suara Merdeka atau abis nonton film Tanda Tanya. Bapak ganteng banget disitu, ehm.

Begini, Pak... Maksud saya menulis surat ini bukan sekedar berkenalan tapi ada tujuan yang lebih dahsyat daripada itu. Saya ingin mengapresiasi perkembangan pusat kota Semarang yang banyak perubahan sejak Bapak menjabat sebagai walikota. Trotoar Jalan Pahlawan, trotoar Tugu Muda, Taman KB dan Simpang Lima semuanya ditata agar terlihat lebih menarik bagi warga Semarang maupun luar kota. Itu adalah inisiatip yang sangat sangat applicable daripada program SPA (Semarang Penuh Air) yang dulu sempat dicanangkan oleh... Siapa? Lupa. Lupakan. Yang penting saya sangat salut atas apa yang telah Bapak lakukan pada wajah kota ini. Tapi, Pak... Ya, semua pernyataan harus ada tapinya, Pak... Tapi sekiranya Bapak tak boleh lupa bahwa penataan kota yang baik itu juga meliputi ketersediaan akses antara daerah pinggiran ke pusat kota maupun daerah pinggiran ke daerah pinggiran lainnya. Dalam hal ini yang akan saya bahasa adalah Ngaliyan ke Banyumanik.

Saya adalah warga Ngaliyan yang hampir tiap hari mencari sesuap nasi di Banyumanik. Tidak, saya tidak nodong nasi gratisan di warung masakan Padang. Saya adalah mahasiswa Undip sekaligus tentor Bahasa Inggris. Kenapa saya sampai jauh jauh dari Ngaliyan ke Banyumanik cuman buat jadi mahasiswa dan tentor? Karena memang kampus saya dan kebanyakan kampus kampus lain disana. Kondisi ini mengakibatkan Ngaliyan sepi dari usaha bimbingan belajar atau yang berhubungan dengan sekolah lainnya. Di Ngaliyan hanya dikuasai oleh beberapa bimbel besar. Saya pun, karena memang kuliah di daerah Tembalang, akhirnya mencari kerja sebagai tentor di Banyumanik yang letaknya dekat juga. Lagipula, banyaknya kampus di Tembalang mengakibat banyaknya kafe dan tempat nongkrong juga. Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan Ngaliyan pada umumnya atau Pasadena, rumah saya, pada khususnya. Saya sebagai mahasiswa dan tentor juga memiliki cita cita terpendam menjadi anak gaul. Saya tak bisa menjadi anak gaul Semarang 2011 jika hanya mengandalkan Ngaliyan atau mall mall di Semarang bawah sementara kawan kawan sejawat gaul pada bergaul di Tembalang.

Saya tak akan mengeluh soal letak kampus saya. Saya juga tak mungkin meminta kampus saya atau tempat tempat nongkrong super gaul itu dipindahkan ke Ngaliyan. Yang perlu diperhatikan disini adalah kemudahan akses dari Ngaliyan ke Banyumanik. Perlu diketahui bahwa saya yang memakai sepeda motor ini tiap harinya harus melewati rute sepanjang hampir 20 km seperti berikut: Pasadena-Panjangan-Simongan-Kaligarang-Kariadi-S Parman-Sultan Agung-Jatingaleh-Gombel-Tembalang-Banyumanik. Sangat tidak efektif bukan? Mengingat sebenarnya ada jalur yang lebih pendek melalui TOL. Tapi sayangnya TOL hanya untuk kendaraan roda 4 atau lebih. Padahal Kabuto rodanya cuman 2, Pak... Cuman 2... Bayangkan itu. Oh, Apa? Kabuto? Itu nama motor matic saya, Pak. Imyut kan?

Menanggapi masalah ini, ijinkan saya memberi sedikit pilihan solusi:
  1. Motor diperbolehkan masuk TOL dengan lajur khusus. Selain akan mempermudah akses warga pinggiran Ngaliyan ke Banyumanik, juga menambah pemasukan secara optimal bagi negara. Bayangkan berapa duit yang bisa dikumpulkan dari ratusan atau bahkan ribuan pacar penglaju itu. Tapi jangan mahal mahal ya, Pak. Kami, sebagai mahasiswa, sangat alergi dengan sesuatu yang nominal harganya mempunyai banyak angka 0.
  2. Membangun jalan lingkar luar Semarang yang menghubungkan daerah daerah pinggiran di kota ini seperti halnya Ring Road di Jakarta dan Jogja. Geliat kehidupan dan perekonomian di Ngaliyan, Tugu, Gunung Pati dan Mijen akan semakin bergairah. Rada geli gimana gitu pas nulis 'bergairah' tapi itulah kenyataannya. Terutama Mijen, Pak. Disana banyak sekali pedagang durian yang belum terjamah. Bukan! Bukan maksud saya ingin menjamah pedagangnya. Tapi bagaimana seharusnya durian durian yang nikmat itu bisa didistribusikan dengan mudah ke seantero Semarang dan mungkin luar kota. Karena seperti yang kita ketahui bahwa saya sangat menyukai durian. Bapak tidak tahu? Ya sudah, pokoknya sekarang kan sudah tahu. Durian itu enak lho, Pak...
  3. Pinjamkan saya mobil dinas walikota.

Demikian beberapa inisiatip dari saya. Pilihan ketiga mungkin adalah yang paling sulit tapi tak ada yang tak mungkin jika kita percaya dan niat. Kita harus bersatu padu untuk membangun kota Semarang tercinta ini. Mungkin juga surat saya ini terkesan main main karena saya memang suka main, terutama spider solitaire yang beginner. Tapi apa yang saya alami juga dialami oleh orang lain. Saya hanya mencoba mencontohkan sebuah kasus nyata yang terjadi di kehidupan sehari hari kita. Saya adalah model dari masalah ribuan warga Semarang lainnya, uuoohhh!

Sekian surat dan masukan dari saya ini. Kalau ada kata kata yang tak berkenan, tolong jangan dimasukin hati, anggap aja kritik yang membangun. Kalau Bapak ingin belajar Bahasa Inggris juga bisa sama saya, saya bisa melatih grammar maupun conversation. Oh ya, tak lupa... Saya serius soal pilihan ketiga. Terima kasih...




Salam damai,


Arif Iman Sentosa
Warga Semarang yang mencoba berguna


Friday 17 June 2011

siasat hidup mahasiswa sastra inggris

Sebagai mahasiswa, prinsipku jelas: Lebih baik IPK cuman 3,2 sambil kerja paruh waktu daripada IPK 2,5 masih minta duit ortu. Ya, quote yang agak ngawur. Tapi tak ada yang terlalu ngawur bagi mahasiswa yang pintar menyiasati hidup. Bagaimana cara caranya menghadapi kuliah yang berdarah darah dengan tetap mengutamakan kesejahteraan mental (main, nongkrong, tidur cukup 8 jam sehari sesuai kaidah, dll yang menyenangkan) akan dicontohkan dari gaya hidup... Ehm... Akyuuu...

Sebagai mahasiswa Sastra Inggris yang hidup di Semarang dan sehari harinya menggunakan Jawa Misuh, akan sangat sulit mengikuti kuliah yang kadang full menggunakan Bahasa Inggris. Terutama kalo dosennya native American dengan kecepatan bacot 60 km/jam, jangan harap bilang 'Sorry, Pak... Bisa diulangi?'. Jangan bayangkan pula bahwa tiap mahasiswa baru Sastra Inggris sudah bisa ngomong Inggris sebelum masuk kuliah atau sebelum dilahirkan. Tidak, itu persepsi yang salah. Bahkan ada beberapa temenku yang malah ikut kursus Bahasa Inggris demi memperlancar jodohnya. Apa? Oh, maaf... Maklum, saya jomblo... Ralat: demi memperlancar pengetahuannya. Itu sangat tidak efektif saudara saudara. Udah kampus keluar duit, harus bayar les pula. Nah, cara yang tepat adalah menjadi tentor privat Bahasa Inggris. Dalam bisnis ini yang penting niat, komunikatif dan pede aja. Masalah kemampuan Bahasa Inggrisnya masih sampe mana ntar disesuaikan sama grade muridnya: SD, SMP atau SMA. Dengan ngajar, aku bisa sekalian belajar dan ngulang ngulang pelajaran di kampus. Kadang malah kita makin pinter tapi muridnya nggak mudheng mudheng. Yang penting selain itu, aku juga dapet bayaran...

Nah, lanjut... Dari bayaran itu, aku beli deh hape berwarna yang bisa Opera Mini. Tiap ujian, aku gunakan hape itu buat nyari jawaban di internet. Ini makin mudah karena rata rata jawaban ujianku harus ditulis dalam Bahasa Inggris, secara jurusanku Sastra Inggris, padahal hampir semua konten di internet memang menggunakan Bahasa Inggris. Karena itu, kalo ada mahasiswa lain di kelas yang ngerengek rengek ke dosen minta jawabannya dalam Bahasa Indonesia malah aku sumpah sumpahin. Mereka adalah tipe mahasiswa yang kurang wawasan. Pertanyaan selanjutnya mungkin: Kenapa nggak nyontek temen aja? Mohon diperhatikan, kawan kawan sejawat mahasiswa cerdas... Tak ada mahasiswa yang bisa dipercaya, percayalah padaku. Mereka pasti juga berpikiran sama pengen nyontek yang lainnya, mereka juga sama sama nggak belajar. Lagian pinteran mana mahasiswa sama Wikipedia? In Wikipedia we trust! Kalo pun ada mahasiswa yang bener bener otak encer dalam pelajaran, biasanya dia:
  1. Pelit.
  2. Kalo dimintain contekan jadi belagu abis. Matanya nyipit penuh kesinisan, dagunya ngangkat 180 derajat, senyum sinis dan hanya tertawa kecil 'Haha...'. Biasanya penjilat dosen juga.
  3. Pelit.
  4. Hanya dia yang tahu rumus, tulisan dan bagaimana dia menjawab pertanyaannya. Percuma aja kita nyontek...
Minimal dari dua trik tersebut, kalian bisa dapet IPK tinggi sekaligus dapet duit juga. Plus, nggak perlu belajar berdarah darah kalo mau ujian akhir semester. Waktu sebagai mahasiswa dapat dialokasikan untuk hal yang lebih berguna seperti main Ayo Dance! atau nonton bioskop Trans TV.

Banyak main Twitter juga melatih kemampuan kita untuk membual. Begini... Berapa dari kalian yang tak tahu apa yang sedang kalian tulis ketika mengerjakan essay? Banyak? Nah, dengan nyampah di Twitter makin mengasah skill penulisan kalian. Dimana dalam mengerjakan essay, rumus utamanya adalah: yang penting tebal. Kalo kalian sering stuck dalam menyelesaikan essay dan nggak tahu mau nulis apalagi demi memenuhi kebutuhan deadline 15 halaman, nyampah di Twitter adalah solusi yang tepat. Kalian juga akan menemukan topik topik yang hebat, yang biasanya tiba tiba menginspirasi untuk melanjutkan essay. Follow akun akun berita, pengetahuan dan budayawan juga. Atau kalo lagi desperate banget, follow @arifimansentosa. Nggak, nggak ada jaminan bakal langsung dapet kerja abis lulus. Tapi minimal membuat nyaman karena masih ada mahasiswa yang lebih menderita... Terima kasih.

Friday 10 June 2011

jeda kuliah itu adalah syalalala

Apa bagian paling nggak disukai sama mahasiswa undip tembalang yang rumahnya dipisahkan aspal sepanjang 20 km dan punya kerja sambilan di banyumanik tiap sorenya? Bukan, bukan skripsi. Tolong... Jangan membicarakan tentang hal itu disini, sangat sensitip. Jawabannya adalah... Yeah, jeda kuliah.

I mean, kuliah selesai jam 12 tapi jadwal ke kantor jam 2. Terus, 2 jam ngapain? Menggembala sapi di belakang FISIP? Tentu tidak...

Memang, kompisisi kampus undip yang 10% sapi gembala, 10% pemakaman umum, 10% kampus & 70% panas menjadikan tak banyak pilihan yang bisa diambil buat ngabisin waktu. Tapi tenang, para ahli dari National Geographic telah merumuskan dengan rada sakaw beberapa tempat yang bisa dijadikan rujukan bersantai saat jeda kuliah bagi tipe mahasiswa seperti yang disebutkan tadi.

1. Kelas kosong
Kelebihan: Tenang, nyaman, nggak ada orang lain yang ganggu, AC masih dingin. Bisa tidur di atas meja dosen pula. Kapan lagi coba bisa gini?
Kekurangan: petugas cleaning service dapat masuk sewaktu waktu untuk mengusir kita dengan dalih ingin membersihkan kelas. Seperti yang baru baru ini terjadi sama aku...

Petugas: Maaf... Ini kelasnya mau dipake lagi?
Aku: Ah... Oh?... (kebangun)

Hening. Saling bertatap mata...

Aku: Eh... Nggak sih
Petugas: mau dibersihin dulu, Mas.
Aku: ya... (jawaban tanpa dosa)

Butuh waktu lama buatku untuk mencerna kalimat si petugas yang bila diartikan dalam bahasa mahasiswatuabelumluluslulus adalah 'Kelasnya mau dibersihin, nyet... Elo keluar, gue nyapu, end!'. Begitulah, hingga akhirnya aku keluar dengan ngantuk, tak berdaya & ngantuk.

2. Masjid kampus undip
Kelebihan: Teduh, anginnya sepoi sepoi bikin pengen nambah tidur lagi dan deket dari kampus... Ya, tentu saja... Ini kan masjid kampus
Kekurangan: jika tiba tiba gebetan di kampus juga kebetulan disitu dan lihatin kita tidur, itu nggak bakal jadi kesan yang menyenangkan. Apalagi kalo mahasiswa mahasiswa lain di masjid kampus pada gelar diskusi di sekitar tempat kita tidur. Gebetan pasti bakal ngebandingin kita, mahasiswa-ngantuk-kehilangan-arah-saat-jeda-kuliah, dengan mahasiswa mahasiswa intelek itu yang berdiskusi penuh gairah.
Saran: Jangan lupa shalat dulu sebelum tidur siang biar rada barokah.

3. Masjid Al Muhajirin Banyumanik
Ini dia favoritku kalo nggak tahu mau ngapain siang siang di kampus! Uuyyeeaahhhh... Kelebihan: Banyak temen senasib yang tidur di teras masjid yang adem, keramiknya dingin, anginnya menggoda (buat tidur lebih lama).
Kekurangan: Tanpa iman yang kuat, segala kombinasi kelebihan tadi dapat menyebabkan kecanduan. Yah, dalam arti lain: ketiduran sampe sore. Oh iya, parkirnya nggak gratis... Shit.
Saran: Jangan lupa shalat dulu dan ngasih duit infaq parkir sama si mas penjaga masjid.

4. Bright SPBU undip
Kelebihan: Adem, wastafel, WiFi, deket kampus, ada pasokan makanan dan minuman juga. Cewek cewek yang pada nongkrong disitu biasanya cakep. Yah, bisa sok kenal gitu deh...
Kekurangan: Makanan, minuman dan WiFi nggak gratis. Nggak bisa tidur pula...

Demikian 4 best choices to spend the goddamn jeda kuliah versi mahasiswa mabok biting. Mungkin ada yang bertanya kenapa semua tempat tadi selalu berhubungan dengan tidur. Kenapa nggak yang jalan jalan kemana sama temen atau mencoba karir sebagai pencuri kubur di pemakaman deket Fakultas Peternakan. Teman teman... Sekali lagi, ini cuma pilihan. Mungkin suatu hari ada yang benar benar memanfaatkan jeda kuliah dengan mengukur tingkat ketimpangan sosial antara FE dan FIB untuk digunakan sebagai bahan gugatan hukum ke amnesty international dengan dakwaan pelanggaran HAM berat...